Pak Fulan berprofesi sebagi seorang broker alias makelar rumah. Suatu ketika, seorang rekannya ingin menjual rumah dan meminta jasa Pak Fulan untuk mencarikan pembeli. Karena memiliki jaringan luas dan sudah berpengalaman, tidak perlu waktu lama bagi Pak Fulan untuk mendapatkan pembeli. Segera saja, ketiga pihak, yaitu penjual rumah, Pak Fulan, dan pembeli membuat janji untuk bertemu jam sepuluh di sebuah bank.
Betapa senangnya Pak Fulan mendapatkan orderan seperti itu. Sudah terbayang berapa keuntungan yang akan ia peroleh dari orderan tersebut. Namun sesuatu yang tak terduka terjadi, pada jam enam pagi si penjual membatalkan rencananya untuk menjual rumah.
“Saya sendiri tetap mau menjual rumah, tapi istri saya mendadak membatalkan. Ia tidak mau menjual rumahnya. Saya tidak bisa apa-apa Pak!” begitulah alasannya.
Pak Fulan langsung lunglai tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia harus siap menanggung malu dan meminta maaf kepada pembeli. Ia bingung. Untuk menenangkan pikiran, dia menggendong anaknya dan menaikannya ke motor, lalu puter-puter mengelilingi kompleks perumahan tempat ia tinggal. Walau sudah jalan-jalan, kepalanya tetap pusing tujuh keliling.
Setelah beberapa lama, ia teringat ceramah seorang Ustaz bahwa silaturahmi dan doa orangtua bisa menjadi solusi. Ia langsung sadar kalau dalam delapan bulan terakhir ia tidak pernah lagi menelpon ibu bapaknya di kampung. Tanpa menunda waktu, ia segera mengambil ponsel dan menelepon Pak De-nya untuk disambungkan dengan ibunya. Kebetulan orangtua Pak Fulan ini belum memiliki telepon, jadi harus melalui Pak De-nya.
Kata-kata yang diucapkan Pak Fulan sebenarnya biasa-biasa saja, hanya sekadar meminta maaf, menanyakan kabar dan meminta doa agar urusannya di Jakarta dimudahkan. Itu saja. Ketika mematikan HP itu, Allah Swt. langsung membukakan keberkahan. Hati yang gelisah menjadi tenang dan lapang dada, rasa pesimis hilang berganti jadi optimis.
Belum selesai merasakan nikmat yang pertama, nikmat kedua segera Allah hadirkan untuknya. HP-nye berdering, dilihatnya nama si penjual rumah tertera di sana. “Assalamu’alaikum Pak, maaf ganggu. Oia Pak, tadi saya berdiskusi lagi dengan istri ternyata ia berubah pikiran. Ia mau menjual lagi rumahnya. Nanti jam sepuluh kita jadi ketemu di bank. Jangan terlambat ya Pak. Makasih”.
***
Doa dan keridhaan orangtua adalah kebaikan yang sangat besar. Menurut Ibnu Abbas, kebaikan itu menyinari wajah, menyalakan cahaya jiwa, membuka pintu rezeki, menguatkan tubuh dan menambah cinta dalam hati.
(sumber 114 Kisah Nyata Doa-Doa Terkabul. Arkanleema 2009)
]]>