Syaamil Quran

Al-Qur'an Al-Karim: Bacaan yang Mahasempurna dan Mahamulia

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS Faathir: 31)

Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. Al-Qur’an Al-Karim berarti “bacaan yang mahasempurna dan ma­hamulia”. Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan “bacaan” ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh para pakar, tetapi juga oleh semua orang yang menggunakan “sedikit’ pikirannya.

Tidak ada satu bacaan pun sejak peradaban tulisa-baca dikenal ribuan tahun lalu, yang dibaca oleh orang yang mengerti artinya mau­pun tidak kecuali “bacaan yang mahasempurna dan mulia ini”. Bahkan, anehnya, juara membacanya adalah mereka yang bahasa ibunya bukan bahasa Al Quran. Bukankah juara-juara MTQ tingkat inter­nasional seringkali diraih oleh putra-putri bangsa kita?

bukhara open

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Quran, yang dipelajari dan diketahui sejarahnya bukan se­kadar secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi tahun, bulan masa dan musim turunnya – malam atau siang, dalam perjalanan atau di tempat ber­domisili penerimanya (Nabi saw.), bahkan “sebab-­sebab serta saat-saat turunnya”.

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Qur-an, yang dipelajari redaksinya, bukan hanya dari segi penetapan kata demi kata dalam susunannya serta pemilihan kata tersebut, tetapi mencakup arti kan­dungannya yang tersurat dan tersirat sampai kepada kesan-kesan yang ditimbulkannya dan yang dikenal dalam bidang studi Al-Quran dengan tafsir isyari.

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Quran, yang dipelajari, dibaca dan dipelihara aneka macam bacaannya, yang jumlahnya lebih dari sepuluh, serta ditetapkan tata-cara membacanya, mana yang harus dipanjangkan atau dipendekkan, dipertebal ucapannya atau diperhalus, di mana tempat-tempat berhenti yang boleh, yang dianjurkan atau dilarang, bahkan sampai pada lagu dan irama yang diper­kenankan dan yang tidak. Bahkan, lebih jauh lagi, sampai pada sikap dan etika membaca pun mem­punyai aturan-aturan tersendiri.

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Quran, yang diatur dan dipelajari tata-cara penulisannya, baik dari segi persesuaian dan perbedaannya dengan penulisan masa kini, sampai pada mencari rahasia perbedaan penulisan kata-kata yang sama seperti penulisan kata “bismi” yang pada wahyu pertama ditulis dengan menggunakan huruf alif setelah ba’. Sedangkan pada ucapan bismillah ditulis tanpa alif dan kemudian ditemukan pertimbangan-pertim­bangan yang sangat mengagumkan dari perbedaan­-perbedaan tersebut.

Pernahkah Anda mengetahui satu bacaan yang sifatnya seperti ini? Kalau tidak, wajarlah bila Kalam Ilahi yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muham­mad saw. ini dinamainya dengan AI-Quran; bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan.

Sumber: M. Quraish Shihab. Lentera Hati.

]]>

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *