syaamilquran.com – Bertobat tidak Harus Menunggu Dosa – Bertobat tidaklah harus menunggu perbuatan dosa terlebih dahulu, tetapi setiap dosa harus segera ditobati. Karena pada dasarnya manusia yang hidup di dunia ini berada dalam kubangan kesalahan. Baik kesalahan dhahir yang kasat mata maupun kesalahan bathin yang dilakukan hati. Sebagaimana Rasulullah saw pernah menerangkan hal ini kepada Abdillah bin Mas’ud “Barang siapa bertobat tetapi tidak meninggalkan kesombongan dan kecongkakannya, berarti dia belum bertobat”.
[caption id="attachment_2203" align="aligncenter" width="300"]
Bertobat tidak Harus Menunggu Dosa[/caption]
Secara bahasa, tobat berarti kembali. Artinya, kembali meninggalkan perkara yang tercela dalam pandangan agama. Misalnya, bagi yang berkecimpung dalam kehidupan yang sarat kemaksiatan, maka tobat harus dilakukan untuk menghindarkan diri dari kemaksiatan tersebut. Bagi mereka yang kesehariannya selalu mengerjakan dosa-dosa kecil, maka tobatnya adalah menghindar dari dosa-dosa kecil tersebut. Karena jika ditumpuk, maka yang kecil akan menjadi besar juga. Demikian juga bagi mereka yang hiruk-pikuknya dalam kubangan kemakruhan (perkara yang dibenci agama) maka pertobatannya dengan menghindar dari kemakruhan. Setiap pribadi harus selalu bertobat menurut kapasitas masing-masing.
Abdul Wahhab As-Sya’roni menjabarkan berbagai tingkatan tobat. Tobat paling dasar adalah tobat yang harus dilakukan untuk kembali dari dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil, kemakruhan dan dari perkara yang tidak diutamakan.
Tingkatan kedua adalah bertobat dari merasa diri sebagai orang baik, merasa dirinya telah dikasihi Allah dan bertobat dari merasa dirinya telah mampu bertobat kepada Allah swt. Sesungguhnya berbagai macam perasaan ini adalah sebuah kesalahan yang lahir dari penyakit hati manusia yang sangat halus.
Puncak tobat adalah kembali mengingat Allah swt dari kelalaian mengingatnya waluapun sekejap saja. Karena melupakan-Nya adalah sebuah dosa.
Selanjutnya tinggal kita meraba diri masing-masing dimanakan posisi kita berada dalam tiga tingkatan tobat tersebut. Andaikata kita masih berada dalam tingkat dasar, hendaklah kita pertahankan tobat kita sambil berusaha belajar menginjak tobat tingkat kedua. Apabila kita telah berada di tingkat kedua, maka berhati-hatilah sesungguhnya setan selalu mengintai kelengahan agar kita kembali terjerembab dalam kubangan dosa.
Tobat merupakan kesempatan yang disediakan oleh Allah Swt kepada hambaNya yang telah melakukan kesalahan. Tobat adalah peluang emas bagi manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. Oleh karena itulah jika kita ingin disayang olehnya segeralah bertobat.
Allah swt sungguh mengistimewakan para pertobat, apalagi jika mereka adalah orang-orang muda. Sungguh Allah swt. akan mengganti segala keburukannya menjadi kebaikan
“Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan”. (QS Al Furqaan, 25: 70)
Demikianlah Allah swt benar-benar mengistimewakan mereka yang bertobat sebagaimana kisah seorang pemabuk ketika berjumpa degan Umar bin Khattab, sedangkan dia sedang membawa botol berisi menuman keras.
Bukankah pengakuan akan kesalahan dan kebulatan tekad dari Nabi Adam as. sehingga Allah swt menerima pertobatannya setelah Nabi Adam as. terbujuk syaitan memakan buah khuldi di surga.
“Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.(QS Al A’raaf, 7:23)
Semoga kita semua tergolong orang yang bertobat, yang diselamatkan Allah Swt dari perbuatan-perbuatan buruk. *** (syaamilquran.com)
]]>