Syaamil Quran

Al Fatihah, Surat Doa

bukhara open

Al Fatihah, Surat Doa – Selain dinamai Ummul Kitâb dan beberapa nama lain, QS Al Fatihah pun dinamai “Surah Ad-Du’a” atau Surat Doa. Mengapa dinamai Surat Doa? Jika kita perhatikan, dalam QS Al Fatihah, di mana setelah kata basmalah dan sebelum bermohon, kita dianjurkan untuk memuji Allah dengan mengucapkan hamdalah, kemudian dilanjutkan dengan menyebut beberapa sifat dan perbuatan Allah yang terpuji. Baru kemudian bermohon dengan kalimat “Ihdinash Shiraathal Mustaqiim”.

Karena susunan redaksinya yang sangat harmonis dan kandungannya yang teramat dalam, para ulama menyebut Al Fatihah sebagai surat paling agung dalam kitab suci Al Qur’an. Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan Rasulullah saw., “Ketahuilah, aku akan mengajarkan kepada kalian satu surah yang paling agung di dalam Al Qur’an Al Karim. Ia adalah Alhamdulillâhi Rabbil ‘âlamîn, ia adalah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dalam Al Qur’an yang agung.” (HR Bukhari). Itulah mengapa, Allah dan Rasul-Nya mengkondisikan kita untuk senantiasa membaca Al Fatihah sebagai sebuah doa harian.

Tentang keutamaan lainnya, Ibnu Abbas meriwayatkan sebuah hadits. “Ketika Jibril duduk di samping Rasulullah saw., dia mendengarkan seruan dari atas, kemudian dia mengangkat kepalanya seraya berkata, “Pintu langit telah terbuka, padahal sebelum hari ini pintu itu sama sekali tidak pernah terbuka. Lalu, ada satu malaikat yang turun ke bumi melalui pintu itu, padahal sebelumnya tidak ada malaikat yang turun darinya. Kemudian malaikat itu mengucapkan salam kepada Nabi, ‘Aku membawa kabar gembira berupa dua cahaya yang belum pernah diberikan kepada nabi sebelum dirimu, yaitu Surat Al Fatihah dan ayat-ayat terakhir Surat Al Baqarah. Setiap kali engkau membaca ayat-ayat itu, niscaya engkau akan dikaruniai cahaya tersebut’.”

Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku membagi shalat di antara Aku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan hamba-Ku boleh meminta apa saja yang dia mau. Ketika dia mengucapkan “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam (Alhamdulillaahi Rabbil Aalamin)”, maka Allah Swt. menjawab, “Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Ketika dia mengucapkan, “Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (Ar-Rahmaan Ar-Rahiim)”, maka Allah Swt. menjawab, “Hamba-Ku telah memberikan pujian kepada Diri-Ku”. Ketika dia mengucapkan, “Raja yang menguasai hari pembalasan (Maaliki yaumiddiin)”, maka Allah Swt. menjawab, “Hamba-Ku telah memuliakan-Ku”. Ketika dia mengucapkan, “Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan (Iyyaka na’buduu wa iyyaka nasta’iin)”, maka Allah Swt. menjawab, “Inilah saatnya hamba-Ku menyampaikan permintaan dan Aku harus mengabulkannya. Ketika dia mengucapkan, “Tunjukilah aku ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat (Ihdina shirathal mustaqiim, shirathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairail maghdhubi ‘alaihim waladzhaaliin)”, Allah Swt. pun menjawab, “Inilah saat yang dimiliki oleh hamba-Ku dan Aku harus mengabulkan permintaannya’.” (HR Muslim, Abu Daud, dan At Tirmidzi).

(dikutip dari Tauhid Nurazhar & Sulaiman Abdurrahim. 114 Kisah Nyata Doa-Doa Terkabul.  2009)

]]>

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *