Syaamil Quran

Apakah Warisan yang Ingin Kau Tinggalkan di Dunia Ini?

syaamilquran.com – Apakah Warisan yang Ingin Kau Tinggalkan di Dunia Ini? – Seorang pemimpin diingat bukan karena apa yang dimiliki atau apa yang dikonsumsinya, bukan oleh banyaknya kekuatan yang dimiliki, dan bukan juga karena keelokan dan pesona mereka, tetapi karena warisan yang mereka tinggalkan. Dan ini lah yang akan disampaikan pada tulisan ini; meninggalkan warisan.

Kita mulai daru dua hal yang harus diingat. Yang pertama:

  1. Warisan secara alami terdapat dalam tujuan yang luar biasa untuk menginspirasi usaha yang luar biasa.

Yang kedua adalah:

  1. Warisan secara alami terdapat dari sebuah ‘mimpi’ yang tidak praktis dilakukan.

Mimpi yang mudah dan praktis adalah sesuatu yang bodoh.

Saya ingin kita memperhatikan dua hal di atas, karena nanti akan dikisahkan tiga kisah tentang tiga orang yang percaya tentang tujuan yang luar biasa dan memiliki mimpi yang tidak praktis. Karena kisah adalah cara yang baik untuk belajar, bukan? Mari kita mulai.

[caption id="attachment_3580" align="aligncenter" width="402"]Apakah Warisan yang Ingin Kau Tinggalkan di Dunia Ini? Apakah Warisan yang Ingin Kau Tinggalkan di Dunia Ini?[/caption]

Kisah pertama adalah tentang orang yang membeli tiket kereta api Kelas Pertama, dan dia masuk ke dalam kompatermen. Tetapi pada saat dia hendak duduk, kejadian aneh menimpanya. Seorang penjaga datang dan melempar orang tersebut dari kompartemen, lalu dilempar pula keluar dari kereta api. Pada saat orang tersebut terbangun dari jatuhnya, sebuah mimpi terbentuk; mimpi untuk membebaskan orang-orangnya dari perbudakan.

Tetapi ingat, mimpi untuk membebaskan bangsanya lahir pada saat orang tersebut bahkan tidak bisa menjamin kebebasannya sendiri. Mimpi yang sangat tidak praktis. Tujuan yang sangat luar biasa.

Kisah kedua adalah tentang seseorang yang duduk di penjara selama dua puluh tujuh tahun. Penjara tersebut adalah penjara batu yang terletak di tengah samudra. Penjara batu yang dikelilingi oleh laut yang memiliki ikan hiu terbesar di dunia. Orang tersebut berada di penjara tersebut tanpa harapan untuk melarikan diri. Banyak waktu ia habiskan di sel isoalsi. Dan dalam situasi ini lah ia memiliki mimpi. Mimpi untuk membebaskan orang-orangnya dari apartheid yang memperbudak mereka di tanah mereka sendiri. Sekali lagi, mimpi yang sama sekali tidak praktis. Tujuan yang sangat luar biasa.

Kisah ketiga tentang seseorang. Orang ini, pada saat masih muda, harus mengalami musibah yang membuatnya kehilangan kedua kakinya dan mempengaruhi penglihatannya. Sejak saat itu ia menggunakan kursi roda. Apa yang ia lakukan? Dia mendapatkan pendidikan pada salah satu universitas terbaik di dunia. Setelah ia sarjana, ia kembali kepada orang-orangnya, saat ia menjadi pelarian dari tanah mereka sendiri karena ada orang-orang yang menginvasi dan mengokupasi tanah mereka, juga menghancurkan rumah-rumah mereka dan ribuan orang lainnya. Selama hidupnya di sana, dia bekerja untuk membantu orang-orangnya lepas dari penderitaan, memberikan bantuan medis, bantuan sosial, makanan, dukungan emosional, dan mengajarkan mereka untuk berjuang memperjuangkan hak-hak mereka.

Karena ia melakukan hal-hal tersebut, orang tersebut dipenjara dalam beberapa waktu oleh para penginvasi dan menghabiskan waktu di sebuah penjara yang mengerikan. Dan sementara itu ia memiliki mimpi, untuk membebaskan orang-orangnya, dan membuat orang-orangnya bisa kembali ke tanah mereka.

Dan pada akhirnya, pada usianya yang ke-67, pada tanggal 22 Maret 2004, pada saat ia kembali ke rumahnya dan melaksanakan sholat subuh di masjid, dia terbunuh oleh sang penginvasi dan bergabung dalam daftar para pejihad.

Dan sekarang, tidak ada satu kesempatan pun dari orang tersebut agar mimpinya menjadi kenyataan. Tetapi dia bermimpi, dan membagikan mimpinya ke orang-orang. Orang tersebut meninggal tetapi mimpinya hidup, karena jika seseorang bermimpi—mimpinya akan terus hidup selama akan ada orang yang terus bermimpi mimpi tersebut. Sekali lagi, mimpi yang tidak praktis. Dan tujuan yang sangat luar biasa yang menginspirasi usaha yang luar biasa

Pertanyaan pertama yang ingin disampaikan adalah?

Apakah mimpimu?

Dalam pencapaian mimpi menjadi kenyataan, kita butuh beberapa perspektif.

Perpektif adalah kemampuan untuk menyimpan dua gambaran di kepala. Di mana kah kamu sekarang, dan di manakah kamu akan berada. Tekanan positif di antara dua gambaran ini akan membawa diri kita mencapai tempat yang kita butuhkan.

Tanpa perspektif, kita akan terjebak pada realita dan menjadi frustrasi, atau kita akan mendapatkan kepala kita berada pada awan-awan dan tidak memiliki ide, sehingga kita tidak sadar pada apa yang ingin kita capai.

Kita mulai dari tempat yang sama… sebagai anak-anak. Apakah artinya? Artinya adalah, paling tidak pada awalnya, kondisi kita tergantung pada orang lain yang mengurus kita. Jadi kita harus mengondisikan diri kita untuk melihat orang lain dalam keadaan bahagia. Jika kita tidak melakukan itu, kita justru akan menyalahkan mereka.

Hal ini mengarahkan kepada model mental: “Orang lain bertanggung jawab untuk kesejahteraan saya. Peran saya adalah untuk merasa baik atau buruk tentang apa yang orang lain lakukan. Jika saya bahagia, saya akan tertawa. jika tidak, saya akan merajuk.”

Anehnya, banyak orang yang terjebak pada model mental yang bahkan ketika mereka tumbuh secara fisik dan bertanggung jawab atas urusan mereka sendiri, dan memiliki kekuatan untuk melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri. Karena untuk menjadi dewasa, berarti kita harus mengambil tanggung jawab. Kita harus mengambil kepemilikan dari apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan, dan apa efeknya untuk orang lain dan untuk dunia. Tidak hanya sekedar menerima tanggung jawab, tetapi secara aktif mencari hal tersebut. Untuk berdiri dan berkata, “Ini lah saya. Kamu bisa memperhitungkan saya.” Dan jika sesuatu berubah menjadi buruk, mereka akan berkata, “Aku bertanggung jawab pada apa ayng terjadi. Ini lah yang saya pelajari. Dan ini lah rencana bagaimana kita memastikan hal ini tidak terjadi kembali.” orang-orang kebanyakan takut pada hal ini.

Jadi, orang tersebut sudah siap untuk bicara soal kebebasan, tetapi tidak sedang bergerak bebas.

Ada kemanan yang besar dan pelipur lara dalam perbudakkan, pada hal tidak pernah tumbuh dewaas. Dalam menjadi ‘anak’ dalam hidupmu. Dan kita dapat banyak melihat, anak-anak berusia 50 dan 60 tahun. Mereka memiliki ketakutan pada kebebasan. Kedewasaan emosional bukanlah faktor usia tubuh, tetapi kematangan pikiran.

Menjadi budak pikiran secara sukarela, tentunya tidak terjadi pada individual saja, tetapi juga pada organisasi, masyarakat, dan negara. Kebanyakan mereka yang sangat kaya dan berkuasa, memilih untuk menjadi orang yang tidak berdaya dan menyalahkan orang lain pada apa yang terjadi pada mereka. Mereka menolak untuk melihat bahwa kebahagiaan ada di tangan mereka sendiri. Bahwa mereka bisa bebas dari kekangan mental, jika mereka memilih.

Dan maka dari itu, ada pertanyaan kedua:

Apakah kamu sungguh-sungguh ingin bebas?

Apakah kunci dari pertanyaan di atas? Ada dari kata ‘bersungguh-sungguh’. Apakah kamu SUNGGUH-SUNGGUH ingin bebas?

Kebebasan, jika kita menginginkannya, datang dari pilihan yang bisa kita pilih. Dan piliha itu adalah:

  1. Merawat sesuatu lebih daripada saat orang lain berpikir itu bijak
  2. Beresiko lebih daripada saat orang lain berpikir itu aman
  3. Untuk bermimpi lebih daripada orang lain berpikir secara praktis
  4. Berekspektasi lebih (dari dirimu sendiri) daripada saat orang lain berpikir itu mungkin

Kita mulai dari tempat yang sama. Kita bermula sebagai seseorang yang idealis. Saya tidak pernah melihat seorang anak yang tidak idealis. Kita ingin membuat perbedaan pada dunia yang kita tinggali, untuk melakukan banyak hal-hal hebat dan diingat. Tetapi berapa banyak orang yang berhasil melakukannya?

Coba kita lihat apa yang terjadi dan mengapa.

Kita mulai dari seorang yang idealis. Lalu hidup terjadi. Hidup terjadi di saat orang-orang mulai merendahkan dan meremehkan kita. Bahkan sering hal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menyemangati kita. Orang-orang menipu dan berbohong dan berbuat curang dan mengorbankan keuntungan jangka panjang dengan keuntungan jangka pendek. Mereka mengorupsi hal ini dan hal itu, dan juga hal yang lain. Karena hal-hal ini terjadi, kita berada pada sebuah papan luncur dan meluncur terus ke bawah.

Dari seorang idealis, kita menjadi optimis (karena idealisme sulit untuk diremehkan, terutama saat kita merasa muda dan energik), dan kita menjadi seorang yang Realis, kemudian Pesimis. Sepanjang jalan hidup, kita memperoleh banyak ‘penasihat’, orang-orang dengan banyak tingkat pendidikan, yang menyisihkan kita ke samping dan membiarakan sesuatu yang masuk akal kepada diri kita. Mereka memberitahu kita, “Jangan bodoh. Sadarlah. Ini adalah dunia nyata. Jadilah praktis. Jadilah realistis. Menjadi idealist adalah sesuatu yang baik untuk dibicarakan. Mereka tidak bekerja dan bahkan membuat dirimu dalam masalah. Lupakanlah. Lihatlah sekitar kita. Berapa banyak orang yang kamu temui yang bekerja untuk ‘cita-cita’?”

Lalu kita akan berkata, “Tetapi lihat apa yang si Fulan katakan! Bagaimana dengan itu?”

Penasihat kita akan berbicara, “Biarkan dia bicara. Apakah itu penting? Itu adalah pekerjaannya. Dia adalah seorang guru dan instruktur. Biarkan dia bicara. Makanlah makanan yang enak, temui temanmu, luangkah waktumu, dan pulanglah. Lupakan dia. Lupakan apa yang ia katakan.”

Dan perlahan-lahan – kita akan menjadi seperti para ‘penasihat’ kita. Dan kita akan berubah menjadi orang yang Sinis.

Dari seorang idealis, menjadi orang yang optimis, kemudian menjadi sorang realis, lalu bergerak menjadi pesimis, dan berakhir menjadi sinis.

Orang sinis sangat populer dalam sebuah pesta, karena mereka biasanya cerdik dan membuat pernyataan sinis yang membuat orang-orang tertawa. Tetapi sinisme seperti halnya kanker. Ia memakan jiwa dari dalam. Dan tidak seperti kanker, sinisme menular dan menyebar.

Pada akhirnya, saat kita berada pada tumpukan di bawah, kita menjadi orang yang cuek. Kita berhenti peduli pada apa yang terjadi. Hal ini menjadi dasar yang nyata dari sebuah lubang.

Tetapi ingatlah akan satu hal – hal-hal ini terjadi jika kita membiarkan hal-hal ini terjadi pada hidup kita. Hal-hal ini merupakan pilihan, dan kita memiliki kontrol yang sempurna pada hal-hal ini.

Tahukah mengapa ada orang yang marah dan melawanmu saat kamu mengatakan sesuatu yang idealistis? Karena kamu mengingatkan mereka pada diri mereka di masa lalu. Bara dari idealisme sangat mudah untuk diredam. Tetapi mustahil dibunuh. Idealisme akan selalu hidup selama kita hidup, dan mati saat kita mati.

Maka itu lah mengapa banyak orang yang tidak berupaya menjadi seseorang yang idealis pada awalnya. Karena saat orang-orang tersebut mengizinkan mereka sendiri menjadi seorang yang sinis dan cuek lalu bertemu dengan kita yang idealis, kita mengingatkan mereka bagaimana rasanya, dahulu kala. Di mata kita , mereka melihat kilasan dari sejarah kehidupan mereka sendiri, dan hal itu menakuti mereka. Mereka benci pada apa yang mereka lakukan pada hidup mereka sendiri. Mereka benci pada gambaran mereka sendiri di mata kita. Sementara kita tidak sadar pada apa yang tengah terjadi, kita berpikir mereka tengah melawan kita. Tetapi tidak. Mereka melawan diri mereka sendiri. Mereka percaya jika mereka bisa membuat kita diam, maka semua hal akan menjadi lebih baik untuk diri mereka sendiri. Karena mereka adalah salah satu dari banyak orang yang percaya pada kesalahan fatal ini, bahwa jika seseorang bisa membuat seseorang yang berbicara kebenaran untuk tutup mulut, maka kita dapat tetap nyaman dalam dusta seseorang. Mereka menolak untuk menghadapi kenyataan bahwa kebenaran adalah kebenaran, bahkan jika tidak ada yang berbicara itu.

Hal yang harus dilakukan adalah, jika kita ingin menyalakan lampu pada idealisme orang lain, adalah memastikan bahwa lampu kita sendiri tidak pernah redup. Cara untuk melakukannya adalah tidak pernah menganggap remeh dan merendahkan cita-cita kita sendiri dengan sebuah kelayakan, atau diplomasi, atau Hikmah. Dengan segala cara menggunakan kebijaksanaan dan keterampilan dalam menempatkan seluruh cita-cita dalam tempat yang yakin dan dapat diterima dengan cara yang kita bisa, tetapi jangan pernah menurunkan standard. Standard hanya dibutuhkan sebagai perlindungan terhadap luncuran yang membuat mimpi kita biasa-biasa saja dan terlupakan.

Ingatlah, bahwa tidak ada orang dan bangsa yang hidup selamanya. Tetapi pemikiran mereka, tujuan mereka, cita-cita mereka akan tetap hidup. Itulah apa yang kita perjuangkan cita-cita yang telah teruji oleh waktu dan yang kita bawa ke depan untuk generasi yang akan datang, lama setelah kita pergi.

Pada tahun 1997, ada orang yang biasa berdiri di luar Gedung Putih dengan memegang lilin bercahaya di tangannya, protes diam melawan sanksi US terhadap Iraq. Dia akan berdiri di sana setiap sore dalam beberapa jam sampai malam.

Pada sore hari yang basah, berangin, dan sangat dingin—orang tersebut datang dengan memakai mantel dengan kerah tinggi dan melawan dingin, dan membawa payung untuk melindungi api kecil yang menyala di tangannya dari terpaan angin kencang.

Selama dia berdiri di sana, penjaga gerbang yang selalu melihatnya setiap hari melambaikan tangan kepada temannya dan menuju kepada orang tersebut dan berbicara, “Aku tahu kamu benar-benar melakukan hal ini dengan sungguh-sungguh. Tetapi lihatlah malam ini. Dingin dan mengerikan; dan kau hanyalah seorang diri yang berdiri sendiri, kau pikir kau bisa mengubah mereka?”

Orang tersebut menatap pada penjaga dan tersenyum, “Aku melakukan ini bukan untuk mengubah pandangan mereka,” kata orang tersebut, “Aku melakukan ini agar mereka tidak dapat mengubahku.”

Banyak hal terjadi sejak tahun 1997, dan sejarah mencatat banyaknya darah dari orang-orang tidak bersalah yang harus ditumpahkan. Tetapi, ada seseorang yang tetap percaya pada apa yang dinamakan keadilan dan kebaikan, dan kebenaran suatu hari akan menang atas kepalsuan. Itu lah warisan orang tersebut. Warisan dari seseorang yang namanya tidak pernah kita ketahui. Tetapi kisahnya menginspirasi orang banyak. Kita butuh orang-orang semacam itu lebih banyak ketimbang orang-orang yang memiliki kekuatan dan menggunakannya untuk menindas orang lain.

Saya akan mengatakan tanpa malu-malu bahwa saya adalah seorang idealist. Saya akan menjadi seperti ini dan akan terus seperti ini sampai akhir hidup saya. Dan jika suatu saat saya terpeleset, yang tentu akan terjadi para orang terkuat di antaa kita, lalu saya akan membuatmu mengingatku pada apa yang saya katakan hari ini.

Maka dari itu pertanyaan selanjutnya:

Apakah cita-citamu?

Saya akan menceritakan tentang seorang anak laki-laki dan penulis terkenal bernama Loren Eisely. Loren menulis bahwa ia ada dalam liburan di pinggir pantai, dan suatu hari ia tertimpa bencana badai. Keesokan harinya, dia berjalan ke pantai dan ia melihat puing-puing dari badai dan ratusan bintang laut di atas pantai yang telah dilemparkan badai pada malam sebelumnya. Saat ia terus berjalan, Loren melihat seseorang dari kejauhan melakukan sesuatu seperti menari. Loren mendekatinya, dan dia melihat anak laki-laki tersebut mengambil bintang-bintang laut dari pantai dan melemparkannya kembali ke dalam laut.

Loren bertanya pada anak laki-laki tersebut, “Apa yang kau lakukan?”

Anak laki-laki itu berkata, “Saya melempar bintang laut ini kembali ke lautan, sehingga mereka tidak mati. Mereka tidak bisa bergerak di atas pasir, dan jika matahari bersinar, mereka akan kering dan mati. Jadi aku melemparkan mereka kembali ke laut agar mereka bisa hidup.”

Loren tertawa mendengar pernyataan bocah tersebut. Dia kemudian melanjutkan untuk meletakkan segala sesuatu ke dalam perspektif anak tersebut.  Loren berkata pada anak itu, “Coba perhatikan, apakah kau sadar bahwa pantai ini memiliki seribu bintang laut? Dan tentu saja, ada ratusan pantai di dunia ini, dan melemparkan banyak bintang laut ke pantai setiap kali ada badai. Dan kau nak, melemparkan satu bintang laut ke dalam lautan. Demi Tuhan, apa perbedaan yang akan kau hasilkan?”

Anak laki-laki itu melihat pada sebuah bintang laut di tangannya, dan dia berbalik dan melemparkan bintang laut tersebut ke dalam ombak, dan berkata kepada Loren, “Perbedaan akan terjadi pada bintang laut yang aku lempar itu!”

Loren menuliskan, “Aku berjalan dan berjalan dalam waktu yang lama. Lalu aku kembali pada anak itu, mengambil satu bintang laut dan melemparkannya ke dalam lautan. Aku diam-diam mengambil bintang laut tersebut dan melemparkannya ke dalam lautan. Dan kita melakukan ini dalam waktu yang lama bersama-sama.”

Pertanyaan terakhirku adalah:

Perubahan apa yang ingin kau buat?

(diterjemahkan dari : http://muslimmatters.org/2014/08/22/what-is-your-legacy/)

]]>

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *