Syaamil Quran

Keutamaan Zikir

Allah Swt. berfirman, … dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) (QS Al ‘Ankabut, 29: 45).

Oleh karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (QS Al Baqarah, 2: 152).

Kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit (QS As Shaffat, 37: 143-144).

Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya (QS Al Anbiya’, 21: 20). 

Hadits 10

Dalam Sahih dua imam besar ahli hadits, Imam Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah Bukhari Al Ja’fi dan Imam Abu Al Husain Muslim bin Al Hajaj bin Muslim Al Qusyairi An Nisaburi, Abu Hurairah r.a. yang bernama asli Abdurrahman bin Shakhar (menurut pendapat paling shahih di antara sekitar tiga puluh pendapat), sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits ini bercerita sabda Rasulullah tentang bacaan tasbih. Dua kalimat yang ringan diucapkan, tetapi berat dalam timbangan amal dan lebih dicintai oleh Allah,

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Subhanallahi wa bihamdihi, Subhanallhil ‘adzim (Mahasuci Allah dan dengan pujian-Nya, Mahasuci Allah yang Mahabesar).
Abu Dzarr r.a. menceritakan bacaan tasbih dari Rasulullah yang disampaikan kepadanya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Sahih Muslim. Bersediakah engkau mendengarkan bacaan zikir yang paling dicintai Allah? Bacaan zikir yang paling dicintai Allah adalah bacaan,

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

Subhanallahi wa bihhamdihi (Mahasuci Allah dan dengan pujian-Nya).[1]  Dalam riwayat lain dikisahkan, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Bacaan zikir apa yang paling utama?” Rasulullah saw. menjawab, “Bacaan yang telah menjadi pilihan Allah bagi para malaikat dan hamba-hamba-Nya,

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Subhanallahi wa bihamdihi, Subhanallhil ‘adzim (Mahasuci Allah dan dengan pujian-Nya, Mahasuci Allah yang Mahabesar).

Hadits 12

Dalam Sahih Muslim, Samarah bin Jandab r.a. menjelaskan empat bacaan zikir yang paling dicintai Allah sebagaimana dituturkan Rasulullah saw., Empat bacaan yang paling dicintai Allah,

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Subhhanallah, wal hamdulillah, wa la Ilaha illa Allah, wallahu akbar (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar). Tidak dipermasalahkan, bacaan mana yang engkau dahulukan.[2]

Hadits 13

Abu Malik Al Asy’ari r.a. telah bercerita tentang sabda Rasulullah dalam hal bacaan tasbih. Hal ini sebagaimana dicantumkan dalam Sahih Muslim, Rasulullah bersabda, Suci setengah bagian dari iman. Bacaan َالْحَمْدُ لِلَّهِ  alhamdulillah (segala puji bagi Allah) dapat memenuhi timbangan amal. Sementara itu, bacaan  سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ Subhanallah wal hamdulillah (Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah), keduanya juga dapat memenuhi timbangan amal atau memenuhi (ruang) di antara langit dan bumi.[3]

Hadits 14

Juwairiyah Ummul Mukminin r.a., istri Rasulullah, menceritakan bacaan zikir yang diperoleh dari suaminya. Hari itu, bersamaan waktu shalat Shubuh, Rasulullah berangkat pagi-pagi sekali dari rumah Juwairiyah. Sementara itu, Juwairiyah berada di tempat shalatnya, di rumah. Ketika waktu dhuha tiba, Rasulullah pulang ke rumah. Rasulullah mendapati Juwairiyah masih tetap duduk di tempat shalatnya. “Engkau masih di sini sejak aku tinggalkan tadi?” tanya Rasulullah. “Iya,” jawab Juwairiyah. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Aku beri tahu kepadamu empat bacaan untuk dibaca tiga kali. Jika ditimbang (pahalanya), sama dengan (pahala) bacaanmu sejak dini hari tadi.

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Subhanallahi wa bi hamdihi, ‘adada khalqihi, wa ridha nafsihi, wa zinata arsyihi, wa midada kalimatihi (Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah; sesuai dengan jumlah makhluk-Nya, dengan keridhaan diri-Nya, seberat Arasy milik-Nya, dan sebanyak firman-firman-Nya).” Dalam riwayat lain disebutkan bacaan itu sebagaimana berikut.

سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Subhanallahi ‘adada khalqihi, Subhanallahi ridha nafsihi, Subhanallahi zinata arsyihi, Subhanallahi midada kalimatihi (Mahasuci Allah dengan jumlah makhluk-Nya; Mahasuci Allah dengan kerindhaan diri-Nya; Mahasuci Allah dengan berat Arasy milik-Nya; Mahasuci Allah dengan segala firman-Nya).[4]

Hadits 15

Dalam Sunan At Tirmidzi, dengan redaksi berbeda, Rasulullah saw. bersabda, Aku akan mengajari bacaan-bacaan yang dapat lantunkan,

 سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ خَلْقِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ رِضَا نَفْسِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ زِنَةَ عَرْشِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ مِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Subhhanallahi ‘adada khalqihi [3x]; Subhhanallahi ridha nafsihi [3x]; Subhanallahi zinata arsyihi [3x]; Subhanallahi midada kalimatihi [3x]. (Mahasuci Allah dengan jumlah makhluk-Nya [3x]; Mahasuci Allah dengan kerindhaan diri-Nya [3x]; Mahasuci Allah dengan berat arasy milik-Nya [3x]; Mahasuci Allah dengan segala firman-Nya [3x]).[5]

Hadits 16

Abu Hurairah r.a. menuturkan sabda Rasulullah sebagaimana tercantum dalam Sahih Muslim.

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Subhanallah wal hamdulillah wa la Ilaha illa Allah wallahu Akbar (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar). Zikirku dengan bacaan ini lebih aku sukai daripada alam tempat terbitnya matahari.[6] 

Hadits 17

Dalam Sahih Bukhari dan Muslim, Abu Ayyub Al Anshari r.a. bercerita tentang sabda Rasulullah saw., Barang siapa membaca kalimat ini sebanyak sepuluh kali, dia sama seperti orang yang telah memerdekakan empat orang keturunan Nabi Isma’il.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

La Ilaha illa Allah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai`in qadir (Tiada Tuhan selain Allah semata; tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan (di langit dan bumi), dan bagi-Nya segala puji. Dia yang Mahakuasa atas segala sesuatu).[7]

Hadits 18

Abu Hurairah r.a. dalam Sahih Bukhari dan Muslim mengkisahkan sabda Rasulullah, Barang siapa membaca kalimat ini seratus kali dalam sehari, sama artinya dia memiliki sepuluh pelayan; ditulis baginya sepuluh kebaikan; dihapus darinya sepuluh keburukan. Pada hari itu, dia seperti memiliki azimat yang melindunginya dari setan hingga waktu petang tiba; tiada yang mengungguli keutamaan orang yang membaca kalimat ini kecuali mereka yang membaca kalimat ini lebih banyak lagi. Kalimat itu adalah

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ 

La Ilaha illa Allah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai`in qadir (Tiada Tuhan selain Allah semata; tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan (di langit dan bumi), dan bagi-Nya segala puji. Dia yang Mahakuasa atas segala sesuatu).[8] Rasulullah saw. juga bersabda, Barang siapa membaca سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ  Subhanallahi wa bihamdihi  (Mahasuci Allah dan dengan pujian-Nya) sebanyak seratus kali dalam sehari, dosa-dosanya akan dihapuskan meskipun sudah seperti busa di lautan. 

Hadits 19

Dalam Sunan At Tirmidzi dan Ibnu Majah, Jabir bin Abdullah r.a. menuturkan bahwa pernah mendengar Rasulullah bersabda tentang zikir paling utama. Zikir yang paling utama adalah bacaan  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ  La Ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah).[9] At Tirmidzi berkomentar, “Hadits ini berstatus hasan.”

Hadits 20

Abu Musa Al Asy’ari r.a. meriwayatkan sabda Rasulullah saw. dalam Sahih Bukhari yang berbunyi, Perumpamaan orang yang gemar berzikir kepada Allah dengan orang yang tidak pernah berzikir; seperti orang hidup dengan orang mati.[10]

Hadits 21

Dalam Sahih Muslim, sahabat Rasulullah, Sa’ad bin Abu Waqqash menceritakan sebagai berikut. Suatu hari, seorang badui Arab datang kepada Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku sebuah kalimat yang kiranya dapat aku lantunkan sebagai zikir.” Rasulullah saw. menjawab, “Bacalah ini:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

La Ilaha illa Allah wahdahu la syarikalahu, Allahu Akbar kabiran, wal hamdulillahi katsiran, Subhanallahi Rabbil ‘alamin. La Haula wa la quwwata illa billahil ‘azizil hakim (Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Allah Mahabesar dan segala puji yang melimpah bagi Allah. Mahasuci Allah, Tuhan seru sekian alam. Tiada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah yang Mahamulia lagi Mahabijaksana).” “Semua ini untuk Tuhanku, mana yang untuk diriku?” ucap badui Arab itu. Rasulullah saw. menjawab, “(Untuk dirimu) bacalah ini:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

Allahummaghfirli, warhamni, wahdini, warzuqni (Ya, Allah, ampunilah aku,berikanlah rahmat kepadaku, tunjukkan (jalan kebenaran) kepadaku, dan berikanlah rezeki kepadaku).”[11]

Hadits 22

Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. bercerita dalam Sahih Muslim sebagai berikut. Suatu hari, kami bersama Rasulullah. Dia berkata, “Apakah kalian tidak mampu untuk mendapatkan seribu kebaikan dalam setiap hari?” Salah seorang di antara kami bertanya, “Bagaimana kami bisa mendapatkan seribu kebaikan itu?” Rasulullah saw. menjawab, “Lantunkanlah bacaan tasbih seratus kali niscaya akan ditulis seribu kebaikan untuk kalian atau seribu dosa kalian akan dihapuskan.”[12] Imam Al Hafidz Abu Abdullah Al Humaidi berucap, “Dalam berbagai riwayat, dalam Sahih Muslim, redaksi haditsnya memang seperti itu; tertulis di sana kalimat aw tuhaththu ‘atau dihapus’.” Al Barqani menuturkan, “Sebagaimana diriwayatkan Syu’bah, Abu ‘Awanah, Yahya Al Qaththan, bersumber dari Musa (sebagaimana Imam Muslim meriwayatkan juga dari jalur sanad ini), kalimat aw tuhaththu disebut tanpa kata alfu ‘seribu’.”

Hadits 23

Abu Dzarr r.a. menceritakan sabda Rasulullah tentang keutamaan shalat dhuha. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Sahih Muslim. Rasulullah saw. bersabda, Setiap anggota tubuh kalian dapat menjadi sedekah. Setiap bacaan tasbih dapat menjadi sedekah. Setiap bacaan tahmid dapat menjadi sedekah. Setiap bacaan tahlil dapat menjadi sedekah. Setiap bacaan takbir dapat menjadi sedekah. Amar makruf dapat menjadi sedekah. Nahi mungkar dapat menjadi sedekah. Akan tetapi, semua sedekah itu dapat diperoleh hanya dengan dua rakaat shalat Dhuha yang kalian tunaikan.[13] Kata sulama dalam teks hadist, huruf sin dibaca damah dan huruf lam tanpa tasydid. Jadi, kata tersebut artinya anggota tubuh. Adapun bentuk jamaknya, sulamayat; huruf mim dibaca fatah dan huruf ya` tanpa tasydid.

Hadits 24

Dalam Sahih Bukhari dan Muslim, Abu Musa Al Asy’ari r.a. menuturkan sabda Rasulullah tentang cara memperoleh kekayaan yang banyak di surga. “Maukah engkau aku tunjukkan pada salah satu gudang kekayaan di surga?” Abu Musa menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Bacalah لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ La haula wa la quwwata illa billah (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah).”[14]

Hadits 25

Dalam Sunan Abu Daud dan At Tirmidzi dituturkan bahwa Sa’ad bin Abu Waqqash dan Rasulullah pernah mendatangi seorang perempuan yang bertasbih menggunakan biji-bijian atau kerikil. Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang lebih mudah dan lebih utama dari semua ini? Rasulullah saw. kemudian melanjutkan, “Bacalah seperti ini:

سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي السَّمَاءِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي الْأَرْضِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ بَيْنَ ذَلِكَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Subhanallah ‘adada ma khalaqa fis sama`i, wa Subhanallah ‘adada ma khalaqa fil ardhi, wa Subhanallah ‘adada ma khalaqa baina dzalika, wa Subhanallah ‘adada ma huwa khaliqun, wallahu Akbar, wal Hamdulillah, wa la Ilaha illa Allah, wa la haula wa la quwwata illa billah (Mahasuci Allah dengan jumlah (makhluk) yang diciptkan di langit; Mahasuci Allah dengan jumlah (makhluk) yang diciptakan di bumi; Mahasuci Allah dengan jumlah (makhluk) yang diciptakan di antara langit dan bumi; Mahasuci Allah dengan jumlah segala makhluk yang diciptakan Allah. Allah Mahabesar; segala puji bagi Allah; tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah).[15] At Tirmidzi berkomentar, “Ini adalah hadits hasan.”

Hadits 26

Masih dalam Sunan Abu Daud dan At Tirmidzi, dengan isnad ‘status penisbatan kepada Rasulullah’ hasan, Yusairah r.a., seorang perempuan sahabat Nabi dari golongan Muhajirin bercerita, “Rasulullah pernah memerintahkan kepada kami untuk selalu konsisten membaca takbir, taqdis (tasbih), dan tahlil. Hendaknya kami menggunakan ruas-ruas jari kami karena itu yang menjadi pedoman dalam penghitungan.”[16]

Hadits 27

Selain dalam kitab dua sunan itu, dikisahkan Sunan An Nasa`i, dengan isnad hasan bahwa Abdullah bin Umar r.a. pernah melihat Rasulullah bertasbih (dengan ruas jari). Dalam redaksi yang lain ditambahkan, “Di tangan kanan Rasulullah.”[17]

Hadits 28

Dalam Sunan Abu Daud, Abu Sa’id Al Khudri r.a. bercerita bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, Barang siapa melantunkan bacaan ini, wajib baginya untuk mendapatkan surga. Bacaan itu ialah

 رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُولًا   

Radhitu billahi Rabba, wa bil islami dina, wa bi Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallama rasula (Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, Muhammad sebagai rasulku).”[18]

Hadits 29

Abdullah bin Busri r.a., seorang sahabat Nabi, telah menceritakan sabda Rasulullah tentang zikir. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Sunan At Tirmidzi. Seorang sahabat pernah datang menemui Rasulullah, “Wahai Rasulullah, syariat Islam terlalu banyak bagiku. Ajarkan kepadaku suatu hal yang dapat aku jadikan pegangan.” Rasulullah saw. mengajarkan, “Jagalah lisanmu agar selalu ‘basah’ dengan berzikir kepada Allah.”[19] At Tirmidzi mengatakan hadits ini berstatus hasan. Kata atasyabbatsu dalam teks hadits diartikan bergantung atau berpegang padanya.

Hadits 30

Masih dalam Sunan At Tirmidzi, Abu Sa’id Al Khudri menjelaskan sabda Rasulullah tentang golongan paling utama di sisi Allah. Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah, “Golongan siapakah yang paling utama di sisi Allah pada hari Kiamat nanti?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah.” Mendengar itu, Abu Sa’id Al Khudri r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan para pejuang di jalan Allah?” Rasulullah saw. menjawab, “Meskipun dia behasil menghujamkan pedangnya kepada orang-orang kafir dan musyrik sehingga mereka terluka dan berlumuran darah, tetap saja orang-orang yang berzikir kepada Allah lebih utama dari dirinya (pejuang di jalan Allah).”[20]

Hadits 31

Dalam Sunan Ibnu Majah, Abu Ad Darda` r.a. menjelaskan keutamaan zikir sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw., “Maukah aku beri tahu kalian tentang suatu amal paling baik, paling suci dalam pandangan Allah, paling tinggi tingkatannya, bahkan amal itu lebih baik dari sedekah kalian yang berupa emas ataupun perak dan lebih baik daripada saat kalian bertemu dengan musuh hingga kemudian kalian memenggal kepalanya (jihad di jalan Allah)?” Para sahabat menjawab, “Tentu kami bersedia, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. melanjutkan, “Amal itu adalah zikir kepada Allah.”[21] Al Hakim Abu Abdullah dalam kitab Mustadrak mengatakan, “Sanad hadits ini Sahih.”

Hadits 32

Ibnu Mas’ud r.a. menuturkan cerita Rasulullah saat bertemu Nabi Ibrahim a.s. dalam perjalan Isra Mi’raj. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Sunan At Tirmidzi. Rasulullah saw. bercerita, Aku bertemu Nabi Ibrahim a.s. pada malam Isra`. Dia berkata kepadaku, “Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu. Kabarkan kepada mereka bahwa surga seperti tanah subur yang berair tawar. Tempat itu berupa tanah kosong yang menghampar dan tanaman bagi tanah itu adalah bacaan

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ  

Subhanallah, wal hamdulillah, wa la Ilaha illa Allah, wallahu Akbar (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar).”[22] At Tirmidzi berkata, “Hadits ini termasuk hadits hasan.”

Hadits 33

Dalam Sunan At Tirmidzi, Jabir r.a. menceritakan sabda Rasulullah tentang zikir yang bisa menghasilkan tanaman di surga. Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa mengucapkan سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ  Subhanallahi wa bihamdihi (Mahasuci Allah dan dengan pujian-Nya), ditanamlah pohon kurma untuknya di surga.[23] At Tirmidzi berkomentar, “Ini adalah hadits hasan.”

Hadits 34

Masih dalam kita Sunan At Tirmidzi, Abu Dzarr r.a. bertanya kepada Rasulullah tentang zikir yang paling dicintai Allah. “Wahai Rasulullah, bacaan apakah yang kiranya sangat dicintai Allah?” Rasulullah saw. menjawab, “Bacaan yang telah dipilih Allah untuk para hamba dan malaikat-Nya:

سُبْحَانَ رَبِّيَ  وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ  وَبِحَمْدِهِ

Subhana Rabbi wa bihamdih, Subhana Rabbi wa bihamdih (Mahasuci Tuhanku dan dengan pujian-Nya, Mahasuci Tuhanku dan dengan pujian-Nya).”[24] At Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini berstatus hasan sahih.”

*  *  *

]]>

1 thought on “Keutamaan Zikir”

  1. Maaf, materi dzikir diatas sangat kami butuhkan untuk amalan dan pendalilan, mohon catatan kakinya dicantumkan sebagai rujukan. Terima kasih.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *