Pada zaman pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud—salah seorang sahabat dekat Rasulullah saw. yang mendapat julukan “awwalu man jaraha bil Qur’an ba’da Rasulillahi; orang pertama yang mengeraskan bacaan Al Qur’an setelah Rasulullah—mengalami sakit keras.
Ibnu Mas’ud, yang juga sahabat Nabi saw. paling kecil, pernah dilemparkan dari dalam masjid oleh Abdullah bin Zum’ah. Kedua kakinya disilangkan di lehernya dan dibantingkan ke tanah sampi tulang rusuknya patah. Ketika sakit keras itu, Utsman bin Affan menengoknya. Terjadilah perbincangan di antara mereka.
“Apa yang engkau keluhkan?” tanya Utsman
“Dosa-dosaku,” jawab Ibnu Mas’ud
“Apa yang engkau inginkan?” tanya Utsman lagi.
”Kasih sayang Tuhanku,” jawab Ibnu Mas’ud lagi.
”Apakah perlu aku panggilkan tabib,” tawar Utsman.
”Sang Tabib itulah yang membuatku sakit,” sanggah Ibnu Mas’ud.
”Apakah aku perintahkan orang untuk memberikan bagianmu?” tanya Utsman kembali.
”Engkau menahan hakku ketika aku membutuhkannya dan sekarang engkau mau memberiku padahal aku tidak lagi memerlukannya,” jawab Ibnu Mas’ud.
”Mungkin perlu untuk anak-anakmu sepeninggalmu?”
”Engkau khawatirkan anak-anakku ditimpa kemiskinan? Aku sudah perintahkan anak-anakku untuk membaca Al Qur’an setiap malam. Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ’Barangsiapa membaca Al Wâqi’ah setiap malam, niscaya ia tidak akan menderita kemiskinan selama-lamanya.”
Keyakinan Ibnu Mas’ud terhadap pertolongan Allah Swt. dan ketidakbergantungannya kepada manusia, membuat sahabat ini menolak tawaran harta dari Khalifah Utsman bin Affan untuk bekal anak-anaknya. Bagi Ibnu Mas’ud, jaminan Allah melalui wasilah QS Al Wâqi’ah sudah cukup sebagai warisan terbaik bagi keluarga yang ditinggalkannya. Itulah mengapa Al Wâqi’ah dinamakan juga ”surat kekayaan”. Barangsiapa berdoa dengannya atau menjadikannya zikir harian, niscaya ia tidak akan terkena kefakiran dalam hidupnya (HR Baihaqi). ***
“Membaca Al Qur’an adalah keutamaan, dan mengamalkan isinya adalah kewajiban. Ziarah kubur adalah keutamaan, dan menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati adalah kewajiban. Menengok orang sakit adalah keutamaan, dan berwasiat (pada akhir hayat) adalah suatu kewajiban”
— Utsman bin Affan —
Tauhid Nur Azhar & Sulaiman Abdurrahim. 114 Kisah Nyata Doa-Doa Terkabul. Arkanleema. 2009.
]]>